Nobar Bersama Wayang Kulit, Polres Kutai Barat Bersama Forkopimda dan Masyarakat
Kutai Barat – Polres Kutai Barat Polda Kalimantan Timur melaksanakan nonton bareng (Nobar) bertempat di halaman rumah dinas Kapolres Kutai Barat. Dalam pagelaran tersebut dalang Ki Harso Widisantoto, Ki MPP Bayu Aji Pamungkas, Ki Dr. H. Yanto, SH, MH, Ki Sri Kuncoro (Polri) dengan lakon “Wahyu Makhutarama” pada Jum’at malam (3/2/2023).
Kegiatan acara nonton bareng di rumah dinas Kapolres Kutai Barat di siarkan secara Live Streaming dari lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Pagelaran Wayang Kulit dengan judul “Wahyu Makhutarama” Pergelaran Wayang Kulit ini bercerita tentang filosofi jawa tentang makna Wahyu Makhutarama merupakan frasa yang tidak asing dan kerap menjadi salah satu pembahasan. Wahyu Makhutarama sendiri merujuk pada wahyu ilahiah yang diturunkan bagi para pemimpin yang sedang berada di tengah berbagai permasalahan maupun problem. Wahyu ini turun dan menjadi petunjuk, bekal, maupun bentuk lainnya yang menuntun pemimpin dalam merumuskan langkah yang tepat dalam menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi. Wahyu ini juga dikenal dengan nama Hasta Brata.
Hadir dalam acara tersebut Kapolres Kutai Barat AKBP Heri Rusyaman, S.I.K, M.H di dampingi Waka Polres Kutai Barat Kompol I Gde Dharma Suyasa, S.H, Para Kabag, Para Kasat, Para Kapolsek, Para Perwira Polres Kutai Barat, Forkopimda Kabupaten Kutai Barat dan Para Pecinta/penggemar wayang kulit disekitar Polres Kutai Barat sebanyak kurang lebih 106 orang.
Kapolres Kutai Barat AKBP Heri Rusyaman, S.I.K, M.H melalui Kasi Humas Ipda Sukoco mengatakan, ” proses perjalanan seorang Ksatria Arjuna dalam mencari Wahyu Makutharama merupakan proses perjalanan seseorang dalam meneladani ilmu kepemimpinan. Wahyu Makutharama mengandung pengertian sebuah anugerah yang di berikan kepada seorang pemimpin, sebagaimana diajarkan Kresna dalam Astabrata harus memiliki delapan watak dasar alam. Pemimpin harus berlaku seperti matahari yang menghidupi, bulan yang menerangi dalam gelap, bintang yang menjadi arah, dan mendung yang menunjukkan kewibawaan. Kemudian pemimpin juga harus memiliki sifat bumi yang kukuh, samudera yang luas artinya menampung aspirasi, api yang berani menegakkan kebenaran, dan angin yang menyentuh dan melingkupi seluruh tempat,” ucap Kasi Humas.
“Kesimpulan dari makna pertunjukan wayang kulit dari judul Wahyu Makotoromo sebagi pesan-pesan dalam kehidupan mengandung pengertian sebuah anugerah yang berupa ilmu pengetahuan (ajaran-ajaran) tentang watak atau konsep-konsep tentang kepemimpinan yang baik dan menjadi suri tauladan, mengayomi, bersikap adil dan bijaksana bagi yang di pimpin,” tutup Kasi Humas
Humas Polres Kutai Barat